Monday, October 14, 2019

SEPUTAR DHOMIR (BAHASA ARAB)

📬 SEPUTAR DHAMIR 📬


1⃣Ditinjau dari Nampak atau tidaknya, isim dhamir terbagi menjadi:
📕1. Dhamir Bariz (Jelas)
Disebut bariz, karena jelas terlihat baik lafal maufun tulisannya. Seperti هُوَ sampe نَحْنُ

📗2. Dhamir Mustatir (Tersembunyi)
Disebut mustatir, karena secara tulisan tidak terlihat bentuknya, namun secara makna ada.
Seperti    كَتَبَ danيَكْتُبُ   .
secara tulisan tidak Nampak ada dhamirnya, tapi keduanya mengandung makna dhamirهُوَ

📚PEMBAHASAN I : DHAMIR BARIZ

Dhamir Bariz sendiri ada 2:

🌺1. Muttashil (bersambung)
➡Maksudnya, isim dhamirnya bersambung dengan isim, fi’il atau huruf.

✏Macam-macam dhamir bariz muttashil:
💝a. DHAMIR RAFA’ MUTTASHIL
👉Disebut dhamir rafa’ karena dhamirnya menjadi fa’il (pelaku).

Ia berlaku pada:
✅ Seluruh fiil madhi kecuali dhamir huwa dan hiya.

Misalkan untuk kata ضَرَبَ . Selain ضَرَبَ dan ضَرَبَتْ. Misalnya ضَرَبَا , ضَرَبُوْا , ضَرَبَتَا , ضَرَبْنَ, ضَرَبْتَ  hingga ضَرَبْنَا termasuk dhamir bariz muttashil.

✅ Fiil mudhari dhamir anti dan Seluruh fi’il mudhari dari bilangan mutsannaa dan jamak kecuali dhamir nahnu.

Contohnya, يَضْرِبَانِ ,تَضْرِبَانِ , يَضْرِبُوْنَ , تَضْرِبُوْنَ , تَضْرِبِيْنَ , يَضْرِبْنَ , تَضْرِبْنَ

✅ Seluruh fi’il amar kecuali dhamir anta. Contohnya اِضْرِبَا , اِضْرِبُوْا , اِضْرِبِيْ , اِضْرِبَا , اِضْرِبْنَ

💝b. DHAMIR NASHAB MUTTASHIL
Seluruh dhamir nashab, yaitu dhamir yang berkedudukan sebagai objek (korban) termasuk dhamir bariz karena Kita bisa melihat secara tertulis.

Misalnya ضَرَبهَ, ضَرَبَهُمَا , ضَرَبَهُمْ , ضَرَبهَا dan seterusnya sampai ضَرَبَنَا

💝c. DHAMIR JAR MUTTASHIL
Ini adalah kelompok isim dhamir yang bersambung dengan huruf jar dan isim.

🌾Yang bersambung dengan huruf jar contohnya مِنْهُ , مِنْهُمَا, مِنْهُمْ dan seterusnya sampai مِنَّا

🌾Yang bersambung dengan isim contohnya كِتَابُهُ , كِتَابُهُمَا , كِتَابُهُمْ  dan seterusnya sampai كِتَابُنَا

🌺2. Munfashil (berpisah)
➡Maksudnya, isim dhamirnya berdiri sendiri, tidak menempel dengan isim, fi’il, apalagi huruf. Macam-macam dhamir bariz munfashil:

💝a. DHAMIR RAFA’ MUNFASHIL
Keempat belas dhamir yang berdiri sendiri yang kita kenal sebagai asal dari isim dhamir, yaitu هُوَ hingga نَحْنُ

💝b. DHAMIR NASHAB MUNFASHIL
Yaitu dhamir yang hanya bisa berkedudukan sebagai objek (korban), yaitu dhamir إِيَّاهُ sampai إِيَّانَا. Jangan terkecoh dengan menempelnya هُ dengan إِيَّا sehingga beberapa orang menyangkanya sebagai dhamir muttashil. Padahal, ia suatu kesatuan yag tidak dapat dipisahkan sebagi dhamir nashab munfashil

📚PEMBAHASAN II : DHAMIR MUSTATIR

Dhamir mustatir hanya 'berlaku pada fi’il saja. Ia berlaku pada fi’il:

🌺a.Fi’il madhi dhamir huwa dan hiya.

Misalnya ضَرَبَ dan ضَرَبَتْ

🌺b.Fi’il Mudhari dari bilangan tunggal kecuali dhamir anti. Yaitu dhamir huwa, hiya, ana, dan nahnu.

Misalnya يَضْرِبُ , تَضْرِبُ , أَضْرِبُ , نَضْرِبُ

🌺c.Fi’il amr dhamir anta.

Misalnya اِضْرِبْ
Bila diperhatikan, fi’il-fi’il tersebut memang tidak mengandung dhamir apapun secara tertulis. Berbeda dengan dhamir bariz yang terlihat jelas ada isim dhamirnya.

👉 Mustatir (tersembunyi), terbagi menjadi 2 , yaitu

 🍃 Mustatir Wujuban, yaitu setiap dhomir yang tidak mungkin isim dzohir menempati tempatnya, terdapat pada :
🔹Fi’il mudhori', dhomir  ana, anta dan nahnu , contoh:
أَقُومُ و تَقوْمُ و نَقومُ

🔹pada fi'il amr , dhamir anta, contoh:
قُمْ

🍃 Mustatir jawazan, yaitu dhomir yang bisa isim dzohir menempati posisinya. Terdapat pada dhomir ghoib - huwa dan hiya (madhi dan mudhori').
 Contoh :
يقومُ زيدٌ



✒ Encang iRul


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

CONTOH I'ROB HADITS (NAHWU)

« لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ»

💍 Tidak Beriman salah seorang diantara kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.

🏷 لَا :
Huruf naafi (naafiyah), mabniy, sukun

🏷 يُؤْمِنُ :
Fii mudhoori', marfuu', dhommah

🏷 أَحَدُ :

Faa'il, marfuu', dhommah, mudhof

🏷 كُمْ :
Dhomir Muttashil, mabniy, sukun, pada posisi jar sebagai mudhaf ilaih

🏷 حَتَّى :
🎁Huruf nashob, mabniy, sukun

NB : bila dijawab huruf ghooyah dan huruf jarr juga bisa dibenarkan, karena pada dasarnya penashobnya adalah huruf أَنْ setelahnya yang tidak tampak secara wajib

🏷 يُحِبَّ :
🎁Fiil mudhoori', manshub, fathah. Failnya dhomir mustatir jawaazan, yang taqdirnya "هُوَ" dan maknanya kembali kepada "أَحَدُ"

🏷 لِ :
Huruf jar, mabniy, kasroh

🏷 أَخِيْ :
Isim majrur (oleh huruf jar لِ), majrur, huruf ي (karena termasuk asmaaul khomsah), mudhof

🏷 هِ :
Dhomir Muttashil, mabniy, kasroh, pada posisi jar sebagai Mudhaf ilaih

🏷 مَا :
Isim maushul, mabniy , sukun, pada posisi nashab sebagai maf'ulbih

✍🏻jika dijawab hanya sampai sukun saja tanpa keterangan sebagai maf'ul bih maka dibenarkan.
🏷 يُحِبُّ :
Fiil mudhoori', marfuu', dhommah. Failnya dhomir mustatir jawaazan, yang taqdirnya "هُوَ" dan maknanya kembali kepada "أَحَدُ"

🏷 لِ :
Huruf jar, mabniy, kasroh

🏷 نَفْسِ :
Isim majrur (oleh huruf jar لِ), majrur, kasroh, mudhof

🏷 هِ :
dhomir muttashil , mabniy, kasroh, pada posisi jar sebagai mudhaf ilaih


SUMBER : GRUP WA DISKUSI BINREG ANGKATAN 12

Monday, October 7, 2019

Tanya Jawab Bahasa Arab (Nahwu)

Bagaimana membedakan itu susunan mudhaf-mudhaf ilaih atau hanya menyerupai mudhaf-mudhaf ilaih (munada menyerupai mudhaf) ?

Syabih bil mudhaf

Isim yang menyerupai mudhaf adalah isim nakirah yang bersambung dengan kata yang menyempurnakan maknanya. Isim ini dinamakan  isim yang menyerupai mudhaf  karena memiliki kesamaan dengan mudhaf, yaitu sama-sama bersambung dengan kata yang menyempurnakan maknanya.

Isim ini hanya berbentuk isim musytaq yang bisa beramal, selain isim tersebut tidak bisa menjadi isim yang menyerupai mudhaf.

Adapun kata setelah isim ini ada dua macam:

1.Isim,
Ada yang manshub sebagai maf’ul bih, contoh
لَا ضَارِبًا زَيدًا حَاضِرٌ
Yang memukul Zaid tidak ada yang hadir

يَا طَالِعًا جَبَلًا
Wahai pendaki gunung!

Kata ( زَيدًا ) dan ( جَبَلًا ) sebagai maf’ul bih.

Ada yang marfu’ sebagai fa’il atau naibul fa’il, contoh:
لَا كَريمًا أَبُوهُ حَاضِرٌ
Yang ayahnya mulia tidak ada yang hadir

يَا مَضْرُوبًا وَجْهُهُ
Wahai yang dipukul wajahnya!

(أَبُو :
Marfu’ dengan wawu sebagai fa’il bagi syifah musyabbahah)

(وَجْهُ :
marfu’ dengan dhammah sebagai naibul fa’il bagi isim maf’ul)

2.Jar wa majrur,
Setelah isim tafdhil, contoh:
يَا أَفْضَلَ مِنْ زَيدٍ
Wahai yang lebih mulia dari Zaid!

يَا خَيرًا مِنْ زَيدٍ
Wahai yang lebih baik dari Zaid!

Setelah isim yang fi’ilnya menjadi muta’addi dengan bantuan huruf jar, contoh:
يَا رَاغِبًا فِي الْخَيرِ
Wahai yang mencintai kebaikan!

يَا رَاغِبًا عَنِ الْخَيرِ
Wahai yang membenci kebaikan!

Asal fi’ilnya رَغِبَ فِي artinya menyukai, رَغِبَ عَنْ artinya benci

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

1. Apakah kalimat negatif jumlah ismiyyah dan fi'liyyah dengan Laa Naafiyah (لا) hanya bisa digunakan di awal kalimat saja?
2. Di dalam kalimat negatif Laa Naafiyah  apakah harus memperhatikan unsur-unsur kaidah yang sudah kita pelajari seperti  mubtada khabar mudhaf mudhafun ilaih dsb?


✍ Jawaban Tim Muhadharah
1. Laa nafiyaah tidak mesti di awal kalimat.

2. Pada jumlah ismiyyah laa nafiyah memiliki kaidah seperti inna dan saudaranya,  manashabkan isim dan merafa'kan khobar.
Jadi setelah laa nafiyah namanya bukan mubtada khobar lagi tapi isim laa dan khabar laa.
Untuk mudhaf-mudhaf ilaih kaidahnya tetap

1. Jika jumlah ismiyyah dengan khabar ghairu mufrad/majemuk bisa kah dimasukkan kalimat istitsna atau kalimat negatif Laa Naafiyah

2. Fungsi ما dan لا sebagai Kalimat negatif apakah berbeda?


✍ Jawaban Tim Muhadharah

1. Bisa mba
2. Laa nafiyah digunakan untuk jumlah ismiyyah, dan untuk jumlah fi'liyah hanya bisa menafikan fi'il mudhari.
Adapun maa nafiyah digunakan untuk menafikan fi'il madhi

Apa perbedaan mendasar antara لا nahiyah dengan لا nafiyah?

✍ Jawaban Tim Muhadharah
Kalau ↓ :
-- Laa لا  nahiyah dia bermakna larangan (jangan),
-- Laa nahiyah dapat menjazmkan suatu fi'il,

sedangkan ↓ :
-- Laa لا nafiyah merupakan bentuk negatif (tidak)
-- laa nafiyah tidak menjazmkn suatu fiil.

Tanggapan Penanya
berarti kedua لا tersebut hanya masuk ke fi'il (tidak ada setelahnya isim)
ya shaikh?

✍ Jawaban Tim Muhadharah
Huruf لا

Untuk لا masuk ke fi’il sebagaimana juga masuk ke isim.

huruf لا yang masuk ke fi’il berupa:
a. Huruf nafi : Biasanya masuk ke fi’il mudhari’ dan memberi faidah penafian tanpa adanya pengaruh kepada i’rab fi’il setelahnya.

Contoh:

العِنَبُ لَا يَنْضَجُ فِي الشِّتَاءِ
Anggur tidak matang pada musim dingin.

الكَذِبُ لَا يُفِيدُ
Dusta tidak bermanfaat.

b. Huruf jazm (لا nahiyah) : Masuk ke fi’il mudhari’, memberi faidah larangan dan menjazmkan fi’il setelahnya.

Contoh:

{ لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى }
“Janganlah kalian mendekati shalat dalam keadaan mabuk” (An Nisa’: 43)

Adapun (( لا )) yang masuk ke isim adalah:
a. Huruf ‘athaf : Memberi faidah penafian hukum dari ma’thuf.

Contoh:

حَصَدْنَا القُمْحَ لَا الشَّعِيرَ
Kami memanen gandum bukan jelai.

b. Huruf nafi dari saudaranya inna (لا nafiyah lil jinsi): Masuk ke mubtada’ dan khabar dan beramal seperti amalnya inna dengan syarat isimnya nakirah dan bertemu langsung serta khabar dinafikan dari jenis isimnya.

Contoh:

لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ
Tidak ada sesembahan yang benar selain Allah.

لَا كِتَابَ يَخْلُوْ مِنْ فَائِدَةٍ
Tidak ada buku yang kosong dari faidah.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖


❷  Penanya : Fathur - Binreg 12.04
Tentang penggunaan كان syaikh, kenapa di al-Qur’an terkadang dipakai untuk mudzakkar dan muaannats juga?

(قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا ۖ فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَىٰ كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ ۚ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ) [Surat Ali 'Imran 13]

(قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۖ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ) [Surat Al-Mumtahanah 4]

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ ۚ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ ۗ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ) [Surat Al-Baqarah 213]

✍ Jawaban Tim Muhadharah
Setau ana, itu karena letak isim kaananya tidak berada langsung setelah kaana,
Simplenya karena mubtadanya muakhor

Tanggapan Penanya
Jika demikian, apakah bebas memakai كان ataupun كانت ?_

✍ Jawaban Tim Muhadharah
Kalau fi'il terpisah dengan fa'ilnya maka boleh pakai ta' ta'nits atau tidak. Yg utama pakai ta' ta'nits.
Ini ada di pembahasan nahwu lanjutan.

Sumber :  grup WA Muhadhoroh BINREG 12

Basyar, Bani Adam, An-Nas, Insan dalam Al-Qur'an

Di dalam Al-Qur'an, manusia disebutkan dalam empat kata yang berbeda yakni Basyar, Bani Adam, An-Nas,dan Insan. Secara khusus keempat ka...